Mendewasakan Sikap Dengan Menjaga lingkungan

Indonesia...,adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia adalah negara yang kaya, hampir semua ada di negara ini. Berada di daerah katulistiwa menjadikan Indonesia menjadi negara dengan iklim tropis, daerah yang dimana dikatakan surganya dunia. Dengan semua yang serba ada, kenyamanan tempat tinggal, tidak menjadikan rakyat Indonesia mudah menjaganya.

Penduduk Indonesia adalah salah satu jumlah penduduk terbesar di dunia. Keaneragaman suku, ras, budaya, menjadikan Indonesia beragam. Dengan jumlah yang besar belum menjamin akan dengan mudah menjaga kelestarian negara kepulauan ini. Sifat manusia yang kental dengan perusakan menjadi semakin menguatkannya pernyataan diatas. Harta yang melimpah yang diberikan oleh alam kepada kita bukan tidak boleh kita gunakan, tetapi kita juga harus menjaga keseimbangan alam yang sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Menjaga, adalah satu kalimat yang menjadi kunci utama dalam keseimbangann alam. Tapi apakah semudah itu melakukannya?.

Ada kata-kata bijak yang pantas untuk ini “mulailah sesuatu dengan hal yang kecil”, dengan hal kecil kita akan menciptakan sesuatu yang besar, sesuatu yang berarti bukan hanya untuk kita tetapi untuk khalayak. Untuk menjaga keseimbangan alam itu sangat banyak caranya, tergantung bagaimana melakukannnya sesuai kemampuan yang dimiliki. Salah satunya yaitu membuang sampah pada tempatnya. Sederhana bukan?, tapi untuk menanamkan kalimat ini pada pikiran bukanlah hal yang mudah. Penduduk Indonesia yang kebanyakan berada pada pendidikan yang rendah, menjadikan ini sebagai faktor penggangu. Kebiasaan yang dilakukan sejak kecil yang salah dengan membuang sampah tidak pada tempatnya menjadikan sulit merubahnya, apalagi di waktu kecil peran orang tua yang memberikan didikan salah, memberi contoh membuang sampah tidak pada tempatnya, akan membuat perubahan ini menjadi agak susah. Seperti sudah menjadi turun-temurun membuang sampah sembarangan. Kaeadaan tingkat sosial sebenarnya tidak menjadi patokan bahwa mereka mampu menjaga lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan. Pemikiran ini terkadang banyak di salah artikan, kebanyakan orang-orang menganggap bahwa rakyat miskin selalu kumuh, kotor dan juga jorok. Penilaian yang seperti ini adalah penilaian salah satu orang yang belum dewasa sikap. Coba ditelaah bersama apa benar itu semua?. Kita bisa mengambil salah satu contoh penduduk Indonesia yang notabennya berada di kelas sosial atas. Mulai kita teliti dari keadaan rumah, lingkungannya, sikapnya dan memantau kegiatannya sehari-hari. Sebenarnya secara kasat mata, rumah mereka tampak bersih, dengan lingkungan tempat tinggal yang ramah lingkungan syarat dengan penghijauan, penampilan tampak bersih, lalu dimananya sisi yang salah?. Bila kita kembali pada kalimat “mulailah sesuatu dengan yang kecil”, maka disinilah kita akan menemukan jawabannya. Kebiasaan manusia yang menyepelehkan hal kecillah yang terkadang menjadikan mereka salah satu perusak lingkungan. Kembali ke permasalahan tadi, penduduk yang berada dikelas sosial atas ini terkadang seperti membuang bungkus permen sembarangan, membuang abu rokok sembarangan dan banyak contoh lain, disini akan kita bahas salah satunya saja. Membuang bungkus permen, terlihat sederhana dan bentuknya kecil, toh kalau tersapu angin juga hilang entah kemana. Tapi coba 1 orang membuang satu bungkus permen dalam sehari dikalikan sebulan 30 hari, lalu dikalikan setahun, + 360 buah bungkus yang dibuang, lalu bila dikalikan dengan jumlah penduduk Indonesia menjadi berapa?, bukan tidak mungkin gunung sampah bungkus permen menutupi rumah ataupun daerah kita.

Bungkus permen, hal kecil bukan?. Masih kita bicara demikian setelah mengetahui rincian diatas?. Inilah kita yang sebenarnya, bukan dari konteks sosialnya tapi dari diri sendirilah masalah itu muncul.kebiasan menyepelehkan hal kecil yang terkadang menghambat semua hal yang positif yang seharusnya bisa dilakukan sejak kemarin-kemarin. Bungkus permen hanyalah satu dari masalah kecil membuang sampah sembarangan, bila dipikirkan kembali dalam sehari hal kecil apa saja yang kita sepelehkan?. tidak perlu kini menutuduh siapa, kenapa dan bagaimana ini semua bisa terjadi, tapi apa yang yang salah pada kita. Jadi mau dari kalangan sosial atas atau bawah sebenarnya semua sama bila dilihat dari sudut pandang kebiasaan sehari-hari.

Tidaklah mudah merubah sikap yang telah menjadi kebiasaan kita sehari-hari. Tapi juga tidak mungkin tidak bisa diubah. Semua itu kembali pada satu kata “kebiasaan”, kebiasaan adalah prilaku yang kita lakukan terus menerus secara rutin, kurang lebih seperti itu. Nah, dengan kebiasaan yang diubah dan dibiasakan setiap hari bukan tidak mungkin itu dapat berubah. Kembali ke bungkus permen, bila kita setiap makan permen selalu membuang bungkusnya pada tempatnya, atau memang apabila tidak ada tempat sampah disekitar perjalanan, lingkungan sekitar, biasakan menyimpan dulu di saku bukan dibuang disembarang tempat, pasti sangat pasti, tumpukan sampah yang selama ini ada di depan mata kita mampu kita kurangi. Hal kecil yang membawa dampak besar, bila kita terus membiasakan diri, setidaknya peduli pada perbuatan kita, mungkin tulisan-tulisan “buanglah sampah pada tempatnya” menjadi tidak perlu lagi. Kebiasan-kebiasan kita yang mempersulit hal kecil akan teratasi sedikit demi-sedikit bila kita mau berusaha.

Kelestarian dan hijaunya alam bukanlah ada begitu saja, itu semua mampu bertahan sesuai bagaimana siklus yang dilakukan kita pada itu semua. Membiasakan diri melakukan hal kecil terlebih dahulu. Utamakan peduli dilingkungan sekitar kita dimana kita berada. Warisan alam adalah harta kita, bagaimana cara kita mewariskannya ke generasi-generasi.
PREV---------NEXT

0 komentar: